Motivasi Kuliah

Hai Readers,

Pakabare?

Di sini saya ingin berbagi mengenai motivasi kuliah saya. Saya awali dengan sedikit perkenalan yak, tak kenal maka tak sayang kan ya… Nama saya Novita, saya lahir di Batam pada 7 November 2000. Sekarang saya mahasiswa Telkom University jurusan S1 Teknik Informatika dan saya sangat bangga menjadi bagian dari keluarga IF, tepatnya di kelas IF-42-09 Telkom University.

Tanpa berbasa-basi, jadi apa sih rahasia saya tergerak buat kuliah? Apa sih yang bikin saya semangat ketika kuliah? Apa sih yang bikin saya ingin masuk teknik informatika?

Prinsip hidup saya adalah “it’s never too old to learn”, maka dari itu sejak SD saya sudah ulet dan gigih dalam hal akademik maupun non-akademik. Ya, itulah yang membuat saya ingin kuliah, saya sudah menanamkan tekad di alam bawah sadar saya bahwa saya masih harus tetap belajar dan belajar hal-hal baru dan tidak akan pernah berhenti sampai saya benar-benar tidak sanggup belajar.

Di samping itu, saya juga termotivasi oleh salah seorang teman ibu saya, yang sudah tua (mungkin sekitar 60 tahun), tetapi beliau masih sukses dan kuat dalam menjalankan kariernya. Beliau seorang yang ambisius. Ia adalah orang yang sangat menjunjung tinggi pendidikan. Di ambang kebangkrutan perusahaannya, beliau masih aja pergi ke Hongkong untuk mempelajari suatu ilmu baru (saya kurang tau kursus apa yang diambil).

Beliau bercerita bahwa di masa kecilnya, keluarganya sangat miskin. Ia harus sekolah, tetapi ia juga ingin membantu orangtuanya. Suatu hari beliau pergi ke suatu taman hiburan. Di sana ada permainan “melempar ring”, inti permainannya adalah melempar suatu cincin agar masuk ke salah satu tiang. Dari sanalah ia memulai kariernya. Ia memungut ring yang telah dimainkan oleh pengunjung dan menjualnya kembali. Walaupun begitu, ia tidak melupakan apa yang menjadi prioritas, sekolah. Beranjak dewasa, ia masih terus memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa memperbaiki taraf hidup keluarganya. Alhasil, beliau sukses, bahkan perusahaannya bercabang lokal, nasional, maupun multinasional.

Suatu hari, perusahaannya gulung tikar. Ketika keluarga saya bertamu ke rumahnya, tidak ada sepersen pun raut putus asa yang terpampang di wajahnya. Padahal, saya berpikir bahwa itu adalah puncak dari semua usaha beliau, beliau butuh istirahat, inilah saatnya beliau pensiun. TIDAK! Ia masih tersenyum lebar. Entah itu tulus dari dalam lubuk hati, ataupun terpaksa supaya tamunya tidak merasakan hawa yang tidak enak. Dan yang lebih hebat lagi, ia mengatakan bahwa ia akan mencoba membangun dari nol!

Setelah bangkrutnya perusahaan besar, beliau membeli sebuah ruko. Dan ada hal yang tidak terduga, beliau menjual buah-buahan. Saya sempat bekerja part-time di PT kecil-kecilannya sebagai bagian administrasi dan saya notice ternyata menjual buah bisa mendapat omzet yang sangat besar, lebih besar daripada yang Readers bayangkan. Mulai dari pisang, jeruk, buah naga, dan lain-lain, walaupun masih ada kendala seperti pengkorupsian yang dilakukan oleh manager-nya dan juga rusaknya buah-buah tersebut, sekarang beliau pun mengekspor kelapa-kelapa ke mancanegara. LUAR BIASA!

Waktu SD, saya pernah bercita-cita menjadi seorang suster. Teman-teman menertawakan saya (menertawakan di sini bukan berarti mereka bully saya). Saya semakin minder setiap ditanya apa cita-cita saya dan saya selalu menjawab dengan volume superkecil. Hingga akhirnya, ada seorang guru Matematika yang juga merupakan guru Sains kami, mengatakan bahwa suster di luar negeri mendapat gaji yang lebih besar daripada dokternya. Sejak saat itulah, saya sudah tidak malu dengan cita-cita saya.

Lambat laun, saya mulai menginjak remaja, tepatnya SMP. Ada seseorang yang menanyakan cita-cita saya dan ia mengusulkan agar saya bercita-cita menjadi dokter saja. Ia memaparkan apa saja yang bisa dilakukan para dokter dan saya sangat tertarik. Jadi, cita-cita saya mulai saat itu adalah menjadi seorang dokter.

Saya mulai belajar secara otodidak beberapa alat musik seperti piano, biola, dan gitar. Saya merasa sangat sayang jika bakat-bakat saya ini tidak tersalurkan. Maka, saya mulai berpikir bahwa saya akan menjadi seorang dokter yang akan menghibur pasien-pasien saya dengan bakat yang saya miliki.

Menginjak SMA, saya sempat merasa stres sekolah. Saya hampir menyerah dengan banyaknya tugas-tugas, ulangan-ulangan, dan kuis-kuis dadakan. Saya curhat ke teman mama saya (yang saya ceritakan tadi) bahwa saya ingin kuliah di jurusan musik saja. Beliau menasihati saya bahwa musik hanya sekedar hobi, tidak bisa dijadikan sebagai makanan sehari-hari, dan beliau memberi advice agar saya mencoba membentuk cita-cita untuk mejadi seorang pharmacist. Saya memegang erat cita-cita saya sebagai seorang pharmacist dan dengan bahagianya saya cerita ke guru Matematika saya mengenai cita-cita baru saya. Beliau sangat mendukung saya.

Awal-awal masuk SMA, Kimia memang sangat gampang. Namun, semakin lama semakin dalam dan semakin dalam. Saya mulai putus asa. Saya pernah remedial Kimia sekali dan itu membuat saya sangat sangat drop (saya belum pernah remedial). Saya sudah kehabisan motivasi untuk belajar, saya kehilangan nafsu makan. Saya mulai mengisolasi diri dari teman-teman. Tetapi akhirnya saya membuka buku Kimia dan saya mencoba belajar sendiri dari awal. Saya bisa. Saya mulai menguasai. Walaupun demikian, entah kenapa saya mulai tidak menaruh minat di bidang Kimia, tetapi saya masih tetap memgang cita-cita saya karena saya tidak tahu saya ingin menjadi apalagi.

Sampai suatu hari, saya melihat developer tools di Blogger yang berisi bahasa pemrograman HTML dan saya mulai jatuh cinta. Saya search di Youtube berbagai tutorial membuat halaman web, saya coba dengan Adobe Dreamweaver CS6 dan saya bangga melihat tampilan tulisan berjalan hasil coding saya di Google Chrome, hahahaha, itu memang bukan apa-apa bagi kalian yang mahir pemrograman web, tetapi itu suatu kebanggaan besar bagi saya.

Selain di bidang pemrograman (saat itu saya hanya sekedar tertarik dan saya belum mencoba mempelajari), saya juga tertarik dengan desain grafis dan videography. Saya menguasai CorelDraw dan sedikit Photoshop. Sayalah bagian dari editor yearbook SMA kami dan itu salah satu hal yang membanggakan.

Di semester 2 kelas 12, guru TIK kami memberikan tugas membuat iklan. Saya berpikir keras apa yang bisa saya buat supaya anti-mainstream. Saya ingat saya memiliki teman seorang drone pilot di sekolah lain yang juga seorang videographer di acara-acara nikah. Membuat ikaln wisata terlintas di benak saya. Akhirnya saya chat dia dan meminta bantuannya. Selain mengajari merekam footage, dia juga mengajari saya mengontrol drone. Satu kalimat yang dikatakannya yang membuat saya cukup bangga adalah “yang bisa mengendalikan drone gak sembarang orang”. Memang, jujur saja saya gugup ketika disuruh mencoba mengendalikan drone karena saya takut saya membuat kesalahan fatal dan drone nya jatuh ke laut. Tetapi kemauan kuat saya mengalahkan ketakutan saya. Walaupun saya hanya pernah sekali mencoba mengontrol drone, tetapi saya sudah cukup bangga. Lalu saya mencoba mengedit video-video hasil rekaman saya dengan Adobe Premiere yang saya pelajari secara otodidak dan kadang-kadang saya nanya ke kakak kelas saya kalau saya memiliki kendala. Setelah mengumpulkan tugasnya, guru TIK saya pun kagum melihat hasil editan video saya. Beliau bertanya-tanya bagaimana saya belajar mengontrol drone. Yah, pokoknya nilai saya juga memuaskan deh.

Hingga suatu hari, kakak kelas saya yang menduduki D3 Teknik Informatika menawarkan untuk mengajari saya pemrograman, GRATIS, siapa lah yang gak mau ya kan? Saya terima penawaran itu. Saya mulai belajar bahasa pemrograman setelah selesai UN, mulai dari C. Dengan mempelajari C, saya baru tahu bahwa ternyata logika sangat dibutuhkan di bidang ini. Beliau juga mengajari saya beberapa bahasa pemrograman lain seperti SQL (lebih tepatnya Oracle), JavaScript, HTML, dan akhir-akhir ini beliau menawarkan untuk mengajari Java. Dari sana saya merasakan indahnya dunia informatika dan saya memutuskan untuk masuk ke jurusan ini ketika kuliah.

Selain itu, saya pernah mendapat medali Bronze di Olimpiade Matematika ketika seleksi se-nasional dan memasuki babak final di Vietnam dengan saingan tingkat internasional dari 10 negara dan mendapat Merit Award, itu juga salah satu yang memotivasi saya untuk masuk ke jurusan Teknik Informatika (katanya Teknik Informatika butuh banyak Matematika).

Banyak orang dan banyak hal yang menjadi motivasi bagi saya untuk bergerak di bidang pendidikan, terutama di bidang informatika. Saya ingin menjadi seorang yang sukses dan tidak pernah lelah belajar seperti teman ibu saya, saya ingin membuka suatu perusahaan IT terkemuka sampai ke tingkat internasional dengan membawa nama bangsa kita, bangsa Indonesia. Memang, itu terdengar sangat ambisius dan orang-orang yang mengetahui kemampuanku mungkin akan menertawakanku. Tetapi saya akan menunjukkan kepada dunia bahwa saya bisa melakukannya.

Sekian dari saya, terima kasih bagi Readers yang rela menghabiskan waktu membaca tulisan panjang lebar ini. ^.^

You may also like...

1 Response

  1. Bla says:

    Good Motivation, keep it up and 加油 🙂
    From ur upper classman 😉

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *